Braga
dalam sorot terang lampu jalan
ditopang tiang berkarat
gedung tua berbaris ditepi
seperti asyik merenung hari-hari lampau
berkelebat lampu-lampu
mobil buatan jepang dan eropa
seperti berlomba
menderu tanpa ambil peduli
menyebrang di jalan ini seperti uji ketetapan hati
braga
deru musik
tempat makan berkurung kaca
cafe-cafe yang remang menyerupai guha
pelukis trotoar
terlukis padi dan gunung
atau ayat-ayat suci
namun kenyataan memilih glandangan dan pelacur
braga
trotoar campur aduk
segala hati bertemu tanpa saling menyapa
kilat lampu blitz
bagai berteriak dalam sekejap
seperti ingin berkata lain
bukan senyum
bukan pose
braga
aku menengok sekilas
tersenyum pada ukiran si cepot
tersenyun pada krikil
tersenyum pada pesingnya tembok
braga
aku sendiri
Selasa, 25 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar